Transformasi Kesehatan Digital: Aksesibilitas dan Afordabilitas

Proses transformasi digital harus mampu mengatasi ketimpangan yang ada, bukan menambah masalah baru.

04 Apr 2024 17:20WIB

Sejak pandemi COVID-19 yang menyulitkan kita untuk mengakses layanan kesehatan, digitalisasi telah menjadi solusi dalam menjembatani akses layanan kesehatan – 57% masyarakat Indonesia menggunakan aplikasi kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia kemudian mencanangkan transformasi kesehatan digital untuk mengakselerasi sektor kesehatan yang lebih maju dan setara. Komitmen ini ditunjukkan dengan adanya Peraturan Menteri Kesehatan No. 21/2020, mengarahkan reformasi pemerintahan kesehatan termasuk integrasi sistem informasi, penelitian, dan pengembangan kesehatan, yang kemudian ditranslasikan dalam Cetak Biru Strategi Transformasi Kesehatan Digital 2024. 

SatuSehat adalah platform Pelayanan Kesehatan Indonesia (Indonesia Health Service/IHS) yang menyediakan konektivitas data, analisis, dan layanan untuk mendukung dan mengintegrasikan berbagai aplikasi kesehatan di Indonesia. SATUSEHAT dibangun berdasarkan 6 prinsip: platform berbasis pelayanan, kolaborasi aktor ekosistem industri kesehatan, pemenuhan standar melalui integrasi, standardisasi dan spesifikasi arsitektur pertukaran data, data bersama, dan manfaat bersama melalui analisa data dan informasi terintegrasi .

Menurut Riset Kesehatan Dasar Indonesia (2018), 42,4% masyarakat desa masih merasa sulit untuk mengakses rumah sakit, bahkan 36,8% dari mereka juga masih merasa sulit mengakses layanan kesehatan primer. Kendala infrastruktur yang tidak memungkinkan masyarakat desa untuk mengakses layanan kesehatan yang ada diperparah dengan ketidakterjangkauan layanan kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan pendapatan tinggi tujuh kali lebih mungkin mengakses layanan kesehatan sekunder, terutama rawat jalan – hal ini dikarenakan masyarakat yang lebih berkecukupan dapat membayar secara out of pocket (OOP). 

Ketimpangan ini dapat diatasi dengan pembiayaan kesehatan yang lebih baik. Pembiayaan layanan kesehatan adalah fungsi sistem kesehatan yang terlibat dalam mobilisasi, akumulasi, dan pendanaan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat, secara kolektif dan individual, dalam sistem kesehatan. Kesehatan dibiayai dengan lima cara, yaitu pendapatan pajak umum, asuransi sosial, asuransi sukarela, sumbangan amal, dan OOP individu. 

Sistem asuransi merupakan salah satu sistem efektif untuk realokasi dana dari yang kaya ke miskin dan sehat ke sakit. Oleh karena itu, asuransi sangat membantu dalam mencapai layanan kesehatan semesta (universal health coverage) di Indonesia, yaitu pemberian pelayanan kesehatan yang bersifat preventif, kuratif, dan rehabilitatif tanpa menimbulkan kesulitan keuangan pada individu yang memperoleh pelayanan tersebut. Asuransi dapat membantu layanan kesehatan digital digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia terlepas dari latar belakang finansial.

Potensi Asuransi Digital: Sistem Blockchain adalah Masa Depan Layanan Kesehatan

Sebuah analisa yang dilakukan oleh BNY Mellon menunjukkan bahwa pada tahun 2019, industri asuransi melaporkan 52% pembayaran dilakukan melalui cek tradisional yang dikirim melalui email. Diperkirakan bahwa bisnis akan mengeluarkan biaya rata-rata $6,00 untuk menerbitkan satu cek. Hal ini meliputi administrasi yang diperlukan untuk mendukung pencetakan cek, pengiriman, kliring dan rekonsiliasi pembayaran. Selain inefisiensi biaya, sistem pembayaran tradisional juga menciptakan kemacetan proses, kerentanan keamanan, dan berkurangnya user experience. Untuk menjamin keberlanjutan bisnis dan menarik pasar 221.563.479 jiwa masyarakat Indonesia pengguna internet dari total populasi 278.696.200 jiwa, digitalisasi sistem pembayaran asuransi sangat diperlukan. Selain itu, dengan adanya digitalisasi, industri asuransi juga dapat bekerjasama dengan investor atau industri bidang teknologi, terutama fintech untuk mengembangkan inovasi pelayanan berbasis teknologi atau dengan lebih banyak klinik kesehatan untuk meningkatkan akses layanan kesehatan masyarakat (melalui opsi klinik kesehatan yang lebih variatif) dan meningkatkan stabilitas keuangan klinik.

Selain itu, analisa dari McKinsey & Company menunjukkan manfaat teknologi asuransi (insurance technology) yang berbasis artificial intelligence (AI) dalam beberapa tahapan prosesnya:

  1. Distribusi

Di masa depan, produk asuransi akan beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan individu pengguna berdasarkan big data yang tersedia – bahkan terkoneksi ke kebutuhan khusus, seperti wearables, mobil (bahkan dapat terkoneksi ke kebiasaan konsumsi alkohol individu yang berpengaruh pada pola berkendara), pesawat, atau inovasi robotik lainnya yang mungkin muncul di masa depan. Bentuk asuransi tidak lagi bermodel pembelian dan pembaruan per tahun, tetapi menjadi siklus yang kontinyu. Selain itu, proses pembayaran asuransi juga menjadi semakin cepat dengan tersedianya profil risiko pasien. Blockchain memungkinkan otorisasi pembayaran dari akun finansial pelanggan yang beragam, sehingga mengurangi biaya akusisi klien. Selain itu, agen asuransi juga dapat menangani basis klien yang lebih besar dengan tenaga manusia yang lebih sedikit.

  1. Underwriting dan Penetapan Biaya

Model machine dan deep learning berbasis data mempercepat proses underwriting dan membantu agen asuransi untuk memberikan paket asuransi yang sesuai dengan profil risiko dan kebutuhan cakupan pelanggan. Penetapan biaya asuransi juga dapat diprediksi dengan sarana digital yang memungkinkan pasien untuk membandingkan biaya kesehatan, mengurangi pengeluaran out-of-pocket, dan membuat keputusan terinformasi terkait asuransi yang dipilih.

  1. Klaim

Dengan adanya internet of things (IoT), proses klaim akan menjadi lebih mudah. Pelanggan bahkan bisa mengambil gambar kerusakan yang kemudian diterjemahkan ke deskripsi kerugian dan estimasi jumlah klaim. Proses deteksi risiko individu dapat dilakukan secara real-time dan mekanisme analisa kemungkinan fraud, kecocokan terhadap kebijakan dan sistem perbaikan, serta ketersediaan layanan kesehatan yang ada dapat dilakukan secara cepat oleh teknologi – dalam hitungan menit, bukan hari atau minggu.

Potensi sistem asuransi yang disesuaikan dengan kebutuhan individu pasien diterapkan dalam inisiatif layanan kesehatan yang menghubungkan asuransi dengan rekam medis digital pasien (electronic health record). Sistem ini disebut dengan platform pembiayaan kesehatan berbasis blockchain. Blockchain adalah seperti buku besar bersama yang tidak dapat diubah yang memfasilitasi proses pencatatan transaksi dan pelacakan aset dalam jaringan bisnis. Ketika suatu transaksi terjadi, hal ini akan terekam sebagai sebuah “blok” informasi dan data terkait pergerakan aset, siapa atau entitas mana yang terlibat, kapan, dimana, dan bagaimana transaksi itu terjadi. Setiap blok memiliki suatu “hash”, identitas khusus yang berubah jika terdapat satu informasi saja yang berubah di blok tersebut. Karena blok tersebut “dirantai” dengan blok sebelum atau berikutnya (yang berkaitan dengan waktu dan urutan khusus dari transaksi tersebut), maka blok baru tidak dapat disisipkan ke dalam rantai tersebut, sehingga data tidak dapat diubah dan tidak mudah rusak. Semua data ini juga direkam secara permanen. Sistem ini memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:

  1. Penyimpanan Data yang Aman – seperti dijelaskan di atas, sistem blockchain yang terdesentralisasi dan terkunci menjamin integritas informasi yang ada.
  2. Interoperabilitas dan data-sharing – Dengan asuransi berbasis blockchain, pasien dapat memberikan izin kepada penyedia layanan kesehatan atau agen asuransi spesifik untuk mengakses rekam medis digital mereka secara aman dan transparan sehingga mempermudah proses pembayaran. Contohnya inisiatif smart card di Taiwan – apabila nomor identitas rekam medis dan asuransi masyarakat digabungkan, maka hal ini akan mempermudah proses pembayaran, terutama dalam keadaan rujukan atau darurat. Data yang diperoleh dari asuransi juga dapat membantu terciptanya penelitian mengenai keterjangkauan layanan kesehatan, seberapa tepat sasaran dan efektif layanan jaminan kesehatan negara yang telah diberikan, berdasarkan golongan ekonomi masyarakat. Penelitian ini dapat menjadi sumber pembuatan kebijakan yang berbasiskan data, termasuk untuk meningkatkan kualitas pembiayaan kesehatan dan pencapaian jaminan kesehatan semesta.
  3. Pencegahan dan Deteksi Penipuan (fraud) – Dengan mencatat semua transaksi pada suatu buku besar yang terdesentralisasi, blockchain menciptakan jejak audit transparan yang dapat digunakan untuk memverifikasi keaslian klaim dan mengidentifikasi aktivitas mencurigakan. Algoritme machine learning yang canggih dapat menganalisis data blockchain untuk mendeteksi pola yang menunjukkan perilaku penipuan, membantu perusahaan asuransi mengurangi risiko dan melindungi pelanggan mereka.
  4. Pembayaran Mikro dan Kontrak Berbasis Nilai: Sistem yang terotomatisasi ini juga dapat memicu pembayaran atau insentif kepada pemegang polis yang memenuhi tujuan kesehatan tertentu atau berpartisipasi dalam program perawatan pencegahan, mendorong gaya hidup yang lebih sehat dalam suatu populasi masyarakat, dan mengurangi biaya perawatan kesehatan jangka panjang.

Sistem layanan kesehatan berbasis blockchain telah diterapkan di beberapa negara seperti Estonia (Estonian e-Health Foundation), Singapura, United Arab Emirates (melalui strategi blockchai dubai), Swiss, Amerika Serikat dan Korea Selatan. Riset memperkirakan bahwa penggunaan blockchain dalam pasar layanan kesehatan akan bertumbuh mencapai angka 6,1 triliun USD di tahun 2027.

Beberapa negara seperti Inggris, Jerman, Amerika Serikat, Singapura, Belanda, dan Australia memiliki layanan kesehatan digital yang terintegrasi dari preventif hingga kuratif, misalnya aplikasi kesehatan yang menyediakan layanan asesmen kesehatan individu yang dapat menyediakan program pola hidup sehat, pelatihan kesehatan, konsultasi kesehatan digital, pilihan fasilitas kesehatan atau farmasi, atau dukungan kesehatan mental yang semuanya sesuai dengan profil individu, misalnya status penyakit kronis pasien, kebiasaan minum/merokok individu, dsb.

Tantangan Asuransi Digital

Beberapa hal yang masih menjadi tantangan dalam layanan berbasis digital adalah:

  1. Keamanan Data

Data pelanggan yang dikumpulkan oleh sistem asuransi tidak hanya akan disimpan oleh perusahaan asuransi, tapi antar industri, seperti industri alat kesehatan, wearables, dll yang memungkinkan mereka untuk menjual layanan terpersonalisasi kepada pelanggan. Namun, ketersebaran data ini juga dapat menjadi sumber peningkatan stigma terhadap penyakit tertentu seperti isu kesehatan mental atau penyakit menular seksual, modus penipuan, overcharging oleh perusahaan asuransi, atau tindakan tidak benar lainnya yang justru mengurangi kesejahteraan

  1. Penipuan Identitas

Penipuan dunia maya, ransomware, peretasan teknologi profil tinggi, pengambilalihan akun dan identitas menimbulkan tantangan multidimensi penyedia asuransi. Identitas yang terintegrasi antara sistem asuransi dan rekam medis dapat memungkinkan pencucian uang, pencurian identitas, atau bahkan penggunaan rekam jejak kesehatan digital untuk penelitian tanpa persetujuan pemilik identitas.

  1. Ekosistem Institusional, Kebijakan, dan Infrastruktur

Data pribadi yang bocor dan digunakan untuk kepentingan publik dapat merugikan individu. Usaha perlindungan data pribadi hanya dapat dilakukan dengan efektif apabila didukung dengan peraturan perundangan yang berlaku. Meskipun Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi telah diterbitkan, namun, Indonesia belum memiliki lembaga otoritas perlindungan data yang terspesialisasi sebagai implementatornya. UU ini pun belum diturunkan ke dalam Peraturan Menteri, sehingga UU ini dapat berujung terabaikan dan tidak ditegakkan. Selain itu, meskipun sistem blockchain privat dan berizin (permissioned) memungkinkan pasien untuk mengatur izin akses dengan kunci kriptografi, namun infrastruktur teknologi yang ada harus siap dalam mewujudkan kerangka teoritis ini menjadi praktikal dan basis legal kontrak perlu distandardisasi untuk menghindari perbedaan kualitas keamanan sistem blockchain, terutama apabila data akan disebarkan antar-provinsi atau antar-negara.

Mempersiapkan Masa Depan Asuransi Digital

Dari uraian di atas, beberapa yang dapat dilaksanakan untuk menjamin penyelenggaraaan sistem asuransi digital yang aman dan efektif adalah:

  1. Komitmen Politik – diperlukannya komitmen pemerintah dan lembaga yang berwenang dalam menetapkan kebijakan serta lembaga khusus seperti Digital Protection Officer atau Digital Protection Authority untuk menjamin adanya infrastruktur digital yang aman dan tersebar secara merata di Indonesia. UU PDP No. 27/2022 merupakan langkah awal yang baik dalam merangkum kebijakan perlindungan data yang selama ini tersebar menjadi satu kesatuan yang komprehensif, sehingga perlu ditindaklanjuti dengan turunan peraturan dan panduannya agar dapat terlaksana di lapangan.
  2. Investasi Strategis – perusahaan asuransi atau fintech perlu melakukan investasi yang berlebih di awal untuk menjamin operasionalisasi yang aman secara jangka panjang, yang berujung pada laba yang lebih berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan melakukan studi feasibility sebelum membangun aplikasi/platform asuransi digital, mempekerjakan ahli dan membeli alat yang diperlukan untuk mengatasi segala risiko yang dideteksi dari hasil asesmen awal tersebut.
  3. Literasi Digital – masyarakat juga perlu untuk diberikan edukasi dan sosialisasi agar memiliki keterampilan dalam menjaga data pribadi mereka secara bijak, misalnya dalam hal membaca informed consent dengan teliti atau melaporkan kejadian yang tidak diinginkan kepada otoritas yang berwenang. Tenaga kesehatan atau petugas asuransi kesehatan pun perlu diberikan peningkatan kapasitas untuk menggunakan sistem kesehatan digital, mendeteksi risiko yang dapat terjadi, serta memberikan peringatan kepada pasien apabila hal tersebut terjadi.
  4. Kolaborasi dan Sinergi Industri – diseminasi dan diskusi praktik baik dan knowledge-sharing antara industri keuangan, kesehatan, dan digital, baik dalam skala nasional maupun internasional dapat dilakukan untuk menemukan solusi dan mekanisme terbaik dalam memfasilitasi sistem asuransi digital yang aman dan efektif bagi pengguna.

Kesimpulan

Sistem asuransi digital akan menjadi solusi futuristik dalam mencapai layanan kesehatan universal dengan memungkinkan akses yang lebih baik bagi semua lapisan masyarakat, tanpa memandang latar belakang finansial.

Tinjauan dari BNY Mellon dan McKinsey & Company menunjukkan bahwa digitalisasi asuransi dapat menghadirkan manfaat besar, termasuk dalam distribusi, underwriting, dan proses klaim. Namun, tantangan seperti keamanan data, penipuan identitas, dan masalah regulasi perlu diatasi dengan serius.

Untuk memastikan bahwa penyelenggaraan sistem asuransi digital dapat dilakukan secara aman, efektif, dan menyeluruh, maka beberapa rekomendasi berikut dapat dilakukan, yaitu komitmen politik untuk kebijakan yang kuat, investasi strategis dalam infrastruktur digital, peningkatan literasi digital masyarakat, serta kolaborasi lintas industri untuk meningkatkan keamanan dan efektivitas sistem asuransi digital.