Rumah sakit memegang peran krusial dalam sistem pelayanan kesehatan sebagai fasilitas yang paling lengkap dan menjadi rujukan setelah layanan primer seperti klinik, praktek dokter mandiri, dan puskesmas. Kasus-kasus kesehatan yang serius dan kompleks diharapkan dapat ditangani secara optimal di rumah sakit. Oleh karena itu, tingkat kematangan digital rumah sakit menjadi faktor penting dalam menentukan kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Digital Maturity Index (DMI) hadir sebagai alat ukur yang komprehensif untuk menilai tingkat kematangan digital rumah sakit, bersama dengan layanan primer dan dinas kesehatan. Dengan menilai rumah sakit, DMI memberikan gambaran yang akurat tentang sejauh mana teknologi digital telah terintegrasi dalam operasional rumah sakit, mulai dari manajemen data pasien, penggunaan rekam medis elektronik, hingga penerapan telemedicine.
Manajemen rumah sakit perlu aktif terlibat
Kementerian Kesehatan mengembangkan Digital Maturity Index (DMI) sebagai alat ukur untuk membantu transformasi digital kesehatan di Indonesia. DMI menyediakan indikator yang jelas guna membantu Dinas Kesehatan mendapatkan fokus komponen-komponen penting tanpa harus menentukan sendiri area perbaikannya. Penilaian kematangan digital layanan Rumah Sakit berfokus pada tujuh aspek utama:
- Sistem Informasi dan Infrastruktur TIK: Komponen pertama bertujuan untuk mengukur adopsi teknologi informasi di setiap proses bisnis rumah sakit.
- Standar Interoperabilitas: Komponen ini bertujuan untuk mengukur kualitas interoperabilitas data yang digunakan dalam sistem informasi rumah sakit.
- Manajemen dan Tata Kelola: Faktor manusia memegang peranan krusial dalam keberhasilan digitalisasi, mulai dari perencanaan dan implementasi sistem IT, hingga pemanfaatan teknologi secara optimal untuk meningkatkan kualitas layanan.
- Data Analytics (Pemanfaatan Data): Komponen pemanfaatan data merupakan tolok ukur kemampuan rumah sakit menganalisis data yang ada dalam ekosistemnya.
- Manajemen Sumber Daya Kesehatan: Komponen ini bertujuan untuk menilai sumber daya manusia rumah sakit dalam memanfaatkan sistem informasi.
- Keamanan, Privasi, dan Kerahasiaan Data: Komponen ini bertujuan untuk menguji keandalan sistem informasi rumah sakit dalam rangka menyimpan data.
- Rekam Medis Elektronik dan Pusat Layanan Pasien: Komponen ini bertujuan untuk menilai seberapa cakap platform RME yang dipakai oleh rumah sakit, serta kaitannya dengan layanan.
Secara keseluruhan ketujuh komponen tersebut akan memiliki 12 sub-komponen dengan 42 pertanyaan. Berikut penjelasannya.
Komponen | Sub-Komponen | Parameter | Penjelasan Parameter |
Komponen 1: Sistem Informasi dan Infrastruktur TIK. | Front Office | Arsitektur Sistem Informasi Dasar | Pilihlah modul atau fungsi SIMRS dan atau RME untuk pelayanan pasien yang tersedia di SIMRS dan atau RME rumah sakit Anda. |
Back Office | Arsitektur sistem pelayanan manajemen RS | Modul-modul pada sistem informasi di rumah sakit yang menunjang kepada kegiatan manajemen | |
Kualitas TIK | Jaringan Internet | Ketersediaan jaringan untuk menunjang pelayanan pada sistem informasi di rumah sakit | |
Infrastruktur komunikasi data elektronik | Ketersediaan sarana untuk mengirim dan menerima data/informasi elektronik antara dua perangkat atau lebih | ||
Inovasi sistem informasi yang digunakan | Penerapan suatu teknologi informasi dan komunikasi berkapasitas tinggi untuk optimalisasi pelayanan pasien. IoT merupakan Jaringan perangkat digital tanpa kabel untuk menangkap, mengirimkan, dan menyimpan data tanpa melibatkan campur tangan manusia atau mesin yang bertujuan untuk memodernisasi dan meningkatkan pemberian layanan kesehatan (Ex : pena insulin untuk pemantauan glukosa, inhaler cerdas untuk prediksi serangan asma, sistem monitoring pasien rawat inap untuk kontrol suhu tubuh, detak jantung dan cairan infus, dll) | ||
Kualitas Layanan TIK | Layanan TIK | Pemenuhan kebutuhan pada layanan teknologi informasi dan komunikasi di rumah sakit | |
Support Teknis sistem informasi | Ketanggapan Unit IT dalam membantu penerapan dan permasalahan pada SIMRS dan atau RME | ||
Pemeliharaan Sistem Informasi | Adanya Penyelenggaraan pemeliharaan SIMRS dan atau RME yang dilakukan | ||
Layanan Interoperabilitas dan pelaporan rutin | Layanan integrasi dan interoperabilitas SI | SIMRS dan atau RME yang tersedia mengakomodir layanan pertukaran data kesehatan dan pelaporan rutin di rumah sakit | |
Bridging sistem informasi manajemen RS | Pertanyaan ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana sistem informasi manajemen pasien di rumah sakit terintegrasi dengan sistem lain untuk bertukar informasi secara real-time, termasuk ketersediaan tempat tidur, janji temu, rujukan, klaim, dan program kesehatan lainnya. | ||
Bridging manajemen pelayanan pasien | Rumah sakit menerapkan sistem bertukar informasi dengan sistem pengelolaan pelayanan pasien lainnya yang ditentukan organisasi | ||
Perencanaan Sumber Daya Sistem Informasi | Perencanaan dan Pengadaan Infrastruktur SI | Adanya Penyelenggaraan pengadaan infrastruktur SIMRS dan atau RME di rumah sakit | |
Komponen 2: Standar Interoperabilitas | Interoperabilitas Internal | Pertukaran data internal | Terselenggaranya pertukaran data kesehatan yang dilakukan di dalam kegiatan organisasi |
Interoperabilitas Eksternal | Standar pertukaran data eksternal | Penyelenggaraan pertukaran data kesehatan yang dilakukan rumah sakit dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya | |
Pertukaran data individu | Penyelenggaraan pertukaran data personal pasien dengan organisasi lainnya. Interoperabilitas sertifikasi merupakan standar interoperabilitas yang diakui untuk penerapan pertukaran data kesehatan/ eHealth (Ex : HL7, SNOMED, Regenstrief-LOINC, NEMA-DICOM) | ||
Komponen 3: Manajemen dan Tata Kelola | Rencana Strategis SI | Rencana Strategis SIMRS | Master Plan/ rencana induk IT merupakan suatu perencanaan jangka panjang (3-5 tahun) dalam pengembangan sistem informasi guna mendukung visi dan misi organisasi. IT Master Plan berisi strategi-strategi organisasi atau perusahaan dalam memanfaatkan teknologi informasi sebagai enabler dan menambah keunggulan yang kompetitif |
Monev rencana strategis IT | Merupakan kegiatan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan pengembangan SIMRS dan atau RME sejalan dengan master plan/ rencana induk SIMRS dan atau RME | ||
Tata Kelola SI | Perumusan Tata kelola TI | Tata Kelola SIMRS dan atau RME merupakan bagian dari Tata Kelola rumah sakit yang terdiri dari kepemimpinan, struktur organisasi, dan proses pengelolaannya demi memastikan keberlanjutan organisasi SIMRS dan atau RME dan pengembangan strategi dan tujuan organisasi. Contoh pelaksanaan tata kelola SIMRS dan atau RME: adanya struktur organisasi, uraian tugas, dan alur kerja yang jelas dalam pengelolaan suatu unit TI dan atau pengembangan suatu sistem | |
Monev tata kelola unit TI | Pola penilaian tata kelola sistem informasi rumah sakit dapat berupa pelaksanaan audit internal dan atau eksternal terhadap pengelolaan SIMRS dan atau RME di rumah sakit dengan menggunakan suatu model/framework tertentu (Ex : COBIT 4.1, COBIT 5, Information Technology Infrastructure Library (ITIL), dll) | ||
Pedoman dan pelaksanaan SI | Pedoman SIMRS dan atau RME untuk pengelolaan dan pemanfaatan sistem informasi (contoh: Petunjuk teknis, panduan pelayanan, SOP, Instruksi Kerja, dll) | ||
SDM Unit Pengelola SIMRS | Rekrutmen SDM Unit IT | Prosedur yang dilakukan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan SDM pengelola SIMRS dan atau RME rumah sakit | |
Unit SIMRS dan Jumlah SDMnya | Rumah sakit membentuk/menetapkan Unit yang mengelola SIMRS dengan susunan SDM terdiri dari kepala unit SIMRS, programmer, teknisi jaringan dan analis sistem | ||
Pengembangan kapasitas SDM TI | Sejauh mana rumah sakit mengagendakan kegiatan peningkatan kompetensi dan kemampuan Tim pengelola SIMRS dan atau RME (Contoh: usulan pendidikan formal, usulan agenda pelatihan maupun inhouse training) | ||
Investasi SI | Investasi Sistem Informasi | Seberapa besar komitmen rumah sakit mendukung pengembangan SIMRS dan atau RME melalui pengalokasian anggaran rutin | |
Komponen 4: Data Analytics (Pemanfaatan Data) | Penggunaan data dan kualitas data | Sistem pengumpulan data di RS | Transaksi pengumpulan data pelayanan klinis dan administratif yang berjalan di rumah sakit |
Pendekatan teknis untuk menghasilkan informasi | Mekanisme pengolahan data di rumah sakit untuk mendukung kualitas pelayanan pasien dan manajemen rumah sakit | ||
Penggunaan data di RS | Sejauh mana sistem informasi rumah sakit menyediakan data untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan staf | ||
Kualitas data di RS | Dukungan kualitas data dapat dilakukan pada beberapa tingkatan. Pertama, saat data entry (contoh: mandatory field, warning format data yang tidak sesuai, warning data yang tidak sesuai (contoh: tanggal kunjungan lebih awal dibandingkan tanggal lahir), kedua saat melakukan validasi data untuk laporan rutin (pada penyusunan laporan rutin), kelengkapan data medis untuk mendukung pelayanan (contoh: diagnosa anemia harus menyediakan data kadar HB dalam darah), ketiga melakukan analisa kualitas data secara khusus (umpamanya diagnosis dengan karakteristik demografi pasien: pasien laki-laki dengan diagnosis kehamilan) | ||
Analisis data besar | Pendekatan data besar di RS | Pengelolaan data besar rumah sakit sebagai kinerja sistem informasi yang tersedia di rumah sakit. Data besar (big data) merupakan pengumpulan dan juga penggunaan informasi dari berbagai macam sumber untuk membuat keputusan yang lebih baik | |
Sumber daya untuk mengelola data besar di RS | Ketersediaan sumber daya untuk mengelola data besar di rumah sakit | ||
Komponen 5: Manajemen Sumber Daya Kesehatan | Literasi Digital | Penggunaan teknologi digital | Literasi digital merupakan kemampuan staf/ petugas dalam memanfaatkan media digital yang berkembang saat ini |
Staf RS yang menggunakan SI | SDM RS seperti PPA, staf, dan kepala unit/ruangan memanfaatkan sistem informasi rumah sakit untuk mendukung penyelesaian tugas | ||
Penggunaan SI RS | Sejauh mana rumah sakit menjamin para stafnya untuk menggunakan sistem informasi yang ditetapkan | ||
Keterlibatan pengguna | Kebijakan manajemen rumah sakit untuk melibatkan staf sebagai pengguna akhir sistem dalam pengembangan sistem informasi (contoh : tertuang dalam bentuk SOP atau bentuk lainnya) | ||
Persepsi kemudahan dan kemanfaatan | Kemudahan | Merupakan Tingkat kemudahan penggunaan SIMRS dan atau RME oleh petugas dalam menyelesaikan pekerjaannya | |
User Experience | Evaluasi pengalaman pengguna terhadap sistem informasi yang ada di rumah sakit dengan menggunakan kuesioner user experience khususnya pada fitur-fitur sesuai dengan ranah tugasnya | ||
Kemanfaatan | Sejauh mana petugas memberikan penafsiran pemanfaatan SIMRS dan atau RME yang tersedia bagi kinerjanya | ||
Dorongan penggunaan SIMRS | IT Champion | Tingkat minat tenaga medis untuk menggunakan SIMRS dan atau RME | |
Insentif penggunaan SI | Merupakan Kebijakan rumah sakit dalam mengatur pemberian insentif/ kompensasi berdasarkan produktivitas penggunaan sistem informasi sesuai ranahnya | ||
Monitoring penggunaan | Mekanisme rumah sakit untuk mengukur pengguna mampu menggunakan sistem informasi yang ditetapkan (contoh: sosialisasi door to door oleh tim pengelola SIMRS dan atau RME, sosialisasi rutin sesuai update sistem, pelatihan formal teragenda) | ||
Manajemen Pengetahuan | Manajemen pengetahuan | Mekanisme yang dijalankan rumah sakit untuk meningkatkan kompetensi perkembangan bidang TI (contoh: pengembangan kemampuan mandiri, penugasan pelatihan, inhouse training, dll) | |
Keterlibatan unit layanan | Kebijakan rumah sakit dalam melibatkan unit-unit pelayanan dalam perencanaan pengembangan sistem informasi | ||
Komponen 6: Keamanan, Privasi, dan Kerahasiaan Data | Keamanan sistem informasi | Kebijakan keamanan SI | Tersedianya standar pedoman teknis atau kebijakan keamanan sistem informasi di rumah sakit (contoh: Petunjuk teknis SI, SOP , dll) |
Investasi untuk keamanan SIMRS | Penyediaan sumber daya oleh rumah sakit untuk kontrol dan antisipasi masalah keamanan sistem informasi yang ada di rumah sakit | ||
Penerapan Prosedur Keamanan SI | Penerapan prosedur keamanan SI | Mekanisme review yang dijalankan rumah sakit terhadap keefektifan prosedur teknis penerapan dan pemanfaatan SIMRS dan atau RME | |
Proteksi data pribadi | |||
Antisipasi terhadap pelanggaran keamanan | Mekanisme manajemen risiko yang ditetapkan di rumah sakit terhadap masalah keamanan sistem informasi | ||
Komponen 7: Rekam Medis Elektronik dan Pusat Layanan Pasien | Fungsi EMR | Desain RME | Adanya arsitektur rekam medis elektronik yang diterapkan di rumah sakit |
Data dalam RME | Data medis atau klinis apa yang dapat dihasilkan dari penerapan rekam medis elektronik di rumah sakit (contoh : Data administratif dan data klinis) | ||
Dampak RME bagi pelayanan pasien Akses RME | Penerapan rekam medis elektronik yang berdampak terhadap pelayanan pasien secara digital di rumah sakit | ||
Data gambar digital | filmless dan metode komputerisasi komunikasi dan menyimpan data gambar medis seperti computed radiographic, digital radiographic, computed tomographic, ultrasound, fluoroscopic, magnetic resonance dan foto X-ray | ||
Integrasi alur pelayanan klinis Interoperabilitas pencatatan medis | Sejauh mana rekam medis elektronik yang telah diterapkan mendukung alur dan peningkatan mutu pelayanan medis di rumah sakit dan mampu mempertukarkan data klinis antar sistem informasi di unit pelayanan medis pasien di rumah sakit | ||
Patient center care | Kepuasan pasien | Pelaksanaan pengukuran kepuasan pasien setelah pemanfaatan rekam medis elektronik di rumah sakit | |
Tingkat kedalaman RME | Administratif | Merupakan Fitur-fitur pada rekam medis elektronik yang berfungsi mengelola data administrasi pasien | |
Dokumentasi klinis | Fitur-fitur pada rekam medis elektronik yang berfungsi mengelola data klinis pasien | ||
Kefarmasian dan Penggunaan Obat Pelayanan Penunjang Medis | Merupakan Fitur-fitur pada rekam medis elektronik yang berfungsi mengelola data pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat | ||
Standar interoperabilitas | Merupakan Standar pertukaran data kesehatan yang telah diterapkan pada rekam medis elektronik di rumah sakit | ||
Layanan Personalisasi Pasien | Layanan Personalisasi Pasien | Merupakan standar pertukaran data kesehatan yang telah diterapkan pada rekam medis elektronik di rumah sakit |
Persiapan Pengisian Dashboard DMI untuk Rumah Sakit
Proses pengisian dashboard DMI untuk rumah sakit memerlukan persiapan yang matang agar data yang dihasilkan akurat dan representatif. Berikut adalah beberapa langkah penting dalam persiapan tersebut:
- Membentuk Tim: Bentuk tim khusus yang terdiri dari berbagai profesional di rumah sakit, termasuk dokter, perawat, staf IT, dan manajemen. Tim ini akan berkolaborasi dalam mengumpulkan data, menganalisis informasi, dan mengisi formulir penilaian DMI.
- Hindari Pendelegasian: Proses pengisian dashboard DMI tidak boleh didelegasikan sepenuhnya kepada satu individu. Libatkan seluruh anggota tim dalam diskusi dan pengambilan keputusan untuk memastikan penilaian yang komprehensif dan mencerminkan kondisi riil rumah sakit.
- Pengisian Bersama: Isi self-assessment bersama tim yang dipimpin penanggung jawab sistem informasi serta berkoordinasi pada kondisi tertentu bilamana memerlukan diskusi dengan pemangku kepentingan (poin 2) yang sesuai (contoh: klinisi, paramedis, manajemen dan lainnya)
- Jujur dan Transparan: Kejujuran dan transparansi dalam pengisian data DMI sangatlah penting. Data yang akurat akan membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan rumah sakit dalam hal kematangan digital, sehingga dapat disusun strategi pengembangan yang tepat untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
- Evaluasi: Lakukan evaluasi bersama atas hasil skor DMI yang muncul di dalam dashboard, kemudian lakukan kajian dari hasil rekomendasi.
Dengan persiapan yang matang dan komitmen untuk memberikan data yang jujur, penilaian DMI dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi rumah sakit dalam mengukur tingkat kematangan digital mereka. Hasil penilaian DMI dapat menjadi acuan bagi rumah sakit untuk mengembangkan strategi transformasi digital yang tepat guna, meningkatkan efisiensi operasional, dan pada akhirnya memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat.